Selasa, 01 Mei 2012

UN BAK HANTU DI SIANG BOLONG

UN atau ujian nasional yang selalu diadakan setiap akhir tahun ajaran rasanya tak pernah sepi dari kecurangan.Ironis memang Yogyakarta yang notabene kota pelajar pernah tersungkur ke urutan empat terbawah angka kelulusanya justru karena dinilai paling jujur pelaksanaanya.
Unas yang sejatinya menjadi tolok ukur kualitas pendidikan di Indonesia justru memicu terjadinya ketidak jujuran bahkan tindakan irrasional. Dan hal tersebut tidak hanya dilakukan oleh murid tapi juga oleh guru.Belum hilang dari ingatan kita dimana guru menyuruh murid yang pintar untuk menconteki teman-temanya pada waktu unas hingga jadi pemberitaan ramai di televisi.Bagaimana mungkin pendidik yang seharusnya mengajarkan budi pekerti luhur justru menyuruh berbuat curang.
Namun memang bisa dimaklumi semua itu dilakukan demi nama baik sekolah (bila tidak ketauan) karena kalau sampai muridnya banyak yang tidak lulus tentu citra sekolah akan jelek dan kalau sudah jelek siapa yang mau sekolah di situ terutama sekolah swasta.
Sekolah swasta memang memiliki kesulitan yang jauh lebih besar dibanding sekolah negri untuk meluluskan siswa-siswinya karena inputnya lebih rendah dari sekolah negri , biasanya sekolah swasta terutama yang tidak favorit menerima siswa buangan yang tidak diterima di sekolah negri.Jadi perlu usaha keras untuk meluluskan mereka.

Ada lagi siswa yang diajak berdoa di kuburan,menbawa pensil ke dukun,mencuci kaki dengan air kembang dan lain sebagainya sepertinya unas menjadi hal luar biasa yang menentukan hidup mati seseorang.Hal ini bukanya membuat siswa tenang malah membikin stress.
                  
Bahkan ada orang tua yang rela membayar mahal demi mendapatkan kunci jawaban dan harus menemui server pada tengah malam di tempat yang berpindah-pindah.

Menurut hemat kami rasanya tidak adil bila sekolah selama tiga tahun hanya ditentukan nasibnya selama tiga hari karena bisa saja waktu tiga hari itu sedang sakit atau ada halangan lain.Unas tetap perlu dilakukan tapi seharusnya tidak menjadi penentu kelulusan sehingga tidak perlu terjadi kecurangan sehingga terlaksana dengan jujur dan kwalitas pendidikan bisa terukur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon tinggalkan komentar di sini